Mengenal Budaya Kesultanan di Kota Ternate

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi; diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

Kearifan lokal biasanya dikenal juga dengan adat istiadat. Secara etimologi, kata adat sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni “adah” yang artinya cara atau kebiasaan. Dalam hal ini, adat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang sehingga menjadi kebiasaan yang harus dipatuhi masyarakat di suatu lingkungan.

Di Maluku Utara yang merupakan daerah kesultanan memiliki budaya lokal yang erat hubungannya dengan adat istiadat kesultanan. Terutama, di Ternate yang sampai sekarang masih melaksanakan upacara-upacara yang berkaitan dengan adat istiadat setempat. Adat istiadat di Kesultanan Ternate dikenal dengan istilah “Adat Segulaha.” Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan  Islam tertua dikawasan Indonesia Timur  terletak di sebelah utara kepulauan seribu pulau (Maluku), yaitu di pulau Ternate ibukota provinsi Maluku Utara. Kesultanan Ternate berdiri pada tahun 1257 M dengan raja (kolano) pertama bernama Baab Mansur Malamo. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 sampai abad ke-17 M dan mengalami puncak kejayaannya sekitar abad ke-16 M berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya (Amal, 2005: 25).

Adat segulaha yang merupakan cerminan integrasi nilai-nilai agama dan budaya dalam kehidupan sosial masyarakat Ternate. Adat istiadat ini sampai sekarang masih tetap melestarikan sebagai salah satu aturan dasar, pedoman dan pengaturan tata nilai dalam kehidupan sosial kemasyarakatan orang-orang asli suku Ternate.

Pelaksanaan adat segulaha pada kesultanan Ternate bersumber pada lima kerangka dasar sebagai sumber dari adat istiadatnya,  yaitu: (1) adat se atorang, (2) istiadat se kabasarang, (3) galib se lukudi, (4) ngare se cara sere se doniru dan (5) cing se cingari. Inti daripada itu adalah, setiap adat istiadat yang dilaksanakan tetap berpegang teguh pada agama Islam dan sesuai dengan syariatnya.

Berikut ini ada beberapa budaya & kearifan lokal yang merupakan adat Kesultanan turun temurun di Kota Ternate:

1.      Potong Bunga Rampe

   

sumber: ternateheritage (Nurul Hikmah)

Di kediaman kesultanan Ternate terdapat sebuah mata air yang dikenal dengan nama, Ake Santosa. Mata air air berhubungan dengan legenda 7 bidadari & Jafar Sadek. Nah, jadi setiap malam senin, malam kamis & jumat, orang-orang di kesultanan akan memotong bunga rampai yang kemudian digunakan untuk berkunjung ke Ake Santosa.

Adat ini dilaksanakan rutin setiap 3 kali dalam seminggu. Selain digunakan untuk berkunjung ke Ake Santosa, bunga rampai ini juga digunakan untuk mengadakan tahlilan. Tahlilan ini bertujuan meminta keselamatan, perlindungan, dan keberkahan di kota Ternate.

2.      Kololi Kie Mote Ngolo

 sumber: nusataranews.com


Sumber: nusantarajenaka.blogspot.com

Sebagian masyarakat adat Kesultanan Ternate sampai sekarang masih setia menjalankan tradisi "Kololi Kie Moto Ngolo" atau mengelilingi gunung/kampung melalui jalur laut. Tradisi ini selalu digelar setahun sekali, atau bertepatan dengan "legu gam" (pesta rakyat) di Ternate.

Dalam kepercayaan masyarakat  Maluku Utara, gunung dianggap sebagai representasi penguasa alam. Anggapan ini selanjutnya menempatkan keberadaan gunung kemudian dihormati. Dalam hal ini Kololi Kie merupakan ritual yang digunakan masyarakat Maluku Utara dalam menyapa dan berinteraksi dengan alam.  

Kololi Kie memiliki arti ‘keliling gunung’, merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Ternate maupun Tidore dalam waktu-waktu tertentu. Sepanjang perjalanan mengelilingi Ternate melalui jalur laut ini, terdapat sembilan (9) titik tertentu yang disinggahi. Kabarnya, titik tersebut adalah lokasi makam yang oleh penduduk setempat disebut jere. Makam atau jere ini sangat dikeramatkan.

Tradisi Kololi Kie Moto Ngolo ini bertujuan untuk mendoakan negri, sekaligus menghormati alam atau dalam Islam dikenal dengan tadabbur alam. Dengan melaksanakan tradisi ini diharapkan negri ini terhindar dari segala amarah dan bencana alam.

Daftar Pustaka: 

https://phinemo.com/kololi-kie-tradisi-sakral-masyarakat-ternate-untuk-berdamai-dengan-alam/ 


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sustainable Development Goals (SDGs)

hadiah kecil.